Subscribe:

About

free counters

Senin, 09 April 2012

Yang Khas Dari Sepak Bola Papua

Sepak Bola merupakan olah raga paling mendunia di seluruh benua, tapi tahukah anda sepak bola Indonesia, khususnya Papua, provinsi dengan anak-anak bertalenta luar biasa sehingga seperti Brazilnya asia. Selain melahirkan pemain - pemain kualitas terbaik seperti : Rully Nere, Boaz Sallosa atau yang sekarang Titus Bonai dan Patrich Wanggai.

Ternyata kostum yang dipakai oleh klub-klub Papua ternyata hampir sama yaitu, bergaris dan identik dengan warna hitam yang dicampur dengan warna merah, putih, hijau, atau biru.

Persipura Jayapura, klub kebanggaan warga Jayapura ini hampir sama dengan klub Italia, AC Milan. Klub yang bermarkas di Stadion Mandala ini, memiliki warna Hitam yang dipadukan dengan Merah.


Persiwa Wamena yang identik dengan warna kebesaran mereka Hitam dikombinasikan dengan warna Hijau.


Persidafon Dafonsoro klub yang memiliki julukan Gabus Sentani ini memilih kostum mereka yang identik dengan Kuda Zebra, Hitam dipadukan Putih, menjadi kostum home base mereka.


Persiram Raja Ampat klub yang dilatih oleh Bambang Nurdiansyah ini memiliki warna seperti klub Inter Milan. Hitam Biru merupakan kostum yang selalu mereka pakai.

Sabtu, 07 April 2012

RCS VISE klub Belgia Milik Bakrie

RCS VISE klub sepak bola asal sebuah kota di Belgia yang bernama sama dengan klub tersebut, Vise yang berlambang seperti angsa ini, merupakan klub yang dimiliki oleh Keluarga Bakrie, klub dengan beberapa jenjang umur dan mempunyai lapangan yang baik membuat Keluarga Bakrie membelinya. Hal ini tentu menguntungkan bagi persepakbolaan Indonesia yang carut marut, bisa kita lihat beberapa pemain muda kita, sebagai generasi Garuda baru untuk membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik di asia maupun dunia. Yandi Sofyan adik dari mantan penyerang Timnas Zaenal Arif, Syamsir Alam, Yericho Cristiantoko, dan pemain asal Maluku Alfian Ismail 

Keluarga Bakrie mempunyai sejumlah alasan ketika memutuskan untuk membeli klub Divisi II Belgia Royal Cercle Sportif [RCS] Vise, ketimbang salah satu klub papan atas negeri itu, Anderlecht.


Wakil presiden eksekutif RCS Vise Roberto Regis Milano dilansir Radio Netherland Worldwide, alasan utama keluarga Bakrie membeli RCS Vise bukan hanya disebabkan gila bola, tapi juga ingin membawa klub tersebut berkiprah di divisi atas [Liga Jupiler Belgia] dan membangun stadion baru yang lebih besar.Selain itu keluarga Bakrie juga ingin mengembangkan pemain junior, terutama asal Indonesia. Bakrie ingin menjadikan RCS sebagai batu loncatan pemain Indonesia untuk berkiprah di Eropa.Melalui RCS Vise, para pemain Indonesia dapat berlatih dan bermain di Eropa. Dengan demikian, diharapkan strategi ini dapat memperbaiki kualitas persepakbolaan di Indonesia.Ditambahkan, tiga pemain Indonesia berusia 18 tahun akan didatangkan ke RCS Vise pada bulan Juni mendatang, supaya bisa mengikuti latihan dan beradaptasi dengan sepakbola Eropa. Nama-nama pemain tersebut akan diumumkan setelah kompetisi Divisi Dua berakhir.Disamping itu, tidak dibelinya Anderlecht juga disebabkan klub tersebut baru saja mengalami perubahan, sehingga susunan hirarki pemegang saham juga ikut berubah.Rencana keluarga Bakrie ini sempat dilontarkan putra Nirwan D Bakrie, Aga Bakrie, usai melakukan penandatanganan pembelian saham mayoritas RCS Vise pada 15 April lalu. Dalam keterangan itu, Aga didampingi mantan presiden klub Guy Thiry, yang kini menjabat sebagai direktur eksekutif.“Mengapa Vise? Kami punya visi yang sama dengan presiden Thiry, terutama dalam pembinaan pemain muda. Setelah beberapa kali kami analisa, kami merasa klub ini dikelola dengan dengan sikap profesional,” ungkap Aga dilansir laman 7sur7.be.